Sabtu, 28 Januari 2012

"BETAPA LEMBUT RAHMATMU, YA ALLAH"


Malik bin Dinar berkata:
Saat aku thawaf di Baitul Haram, banyaknya jamah haji dan umrah saat itu sungguh membuatku takjub! Andai saja aku tahu mana antara mereka yang ibadahnya diterima hingga aku ucapkan selamat, dan mana di antara mereka yang ibadahnya ditolak lalu aku beri ucapan bela sungkawa.

Dimalam hari aku bermimpi seakan-akan ada seseorang yang berkata:
"Malik bin dinar berfikir tentang para jama’ah haji dan umroh, maka demi Allah, sungguh Allah telah mengampuni seluruh jama’ah tersebut baik yang kecil maupun yang besar, laki-laki dan perempuan, yang hitam atau putih, yang bangsa Arab dan yang ’ajam, kecuali hanya satu orang. Maka sesungguhnya Allah telah murka kepadanya dan Dia telah menolak hajinya.”

Maka akupun tertidur malam itu, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan aku khawatir jangan-jangan akulah laki-laki itu.

Dimalam yang kedua aku bermimpi seperti itu pula, hanya saja dimimpi itu aku diberi tahu, bahwa bukan aku orang tersebut, tetapi seorang laki-laki dan penduduk Khurasan dan kota yang disebut Balkh. Orang itu bernama Muhammad bin Harun al-Balkhi. Allah tengah murka atasnya, dan Allah telah menolak hajinya.

Di pagi hari, aku pergi ke kabilah Khurasan, lalu kutanyakan kepada mereka: "Apakah di tengah-tengah kalian terdapat Balkhiyun (orang-orang dari Balkh)?"

Mereka menjawab: “Ya ada”.

Maka akupun menghampirinya seraya mengucapkan salam dan berkata: "Apakah ada di antara kalian seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Harun?"

Mereka menjawab:
"Wahai Malik, engkau bertanya tentang seorang laki-laki ahli ibadah yang paling zuhud di Khurasan"

Akupun terheran-heran karena pujian mereka yang indah kepada Muhammad bin Harun, dan juga aneh atas mimpi yang telah kulihat dari tidurku.

Akupun berkata:
"Tunjukkanlah aku kepadanya”.

Merekapun menjawab: "Sesungguhnya sejak empat puluh tahun lalu dia senantiasa puasa di siang hari dan menghidupkan malamnya, ia bahkan bertempat tinggal di reruntuhan-reruntuhan. Sepertinya sekarangpun dia berada di reruntuhan-reruntuhan Makkah.”

Akupun berjalan-jalan di reruntuhan, tiba-tiba aku melihatnya sedang berdiri di belakang sebuah tembok, tangan kanannya terpotong dan digantungkan di lehemya, tulang selangkanya berlobang dan terikat dengan dua buah belenggu berat di kakinya, sementara dia dalam keadaan ruku’ dan sujud.

Ketika dia merasakan suara gesekan kedua kakiku,
dia menoleh seraya berkata: “Siapakah engkau?”

Aku menjawab: “Malik bin Dinar.”

Dia berkata:
“Wahai Malik, apa yang membuatmu datang kepadaku? Apakah Engkau telah melihat sebuah mimpi? Ceritakanlah mimpi itu kepadaku!”

Aku berkata:
“Aku malu menceritakannya kepadamu.”

Dia berkata lagi; ”Jangan malu”.

Akupun menceritakan mimpi itu kepadanya,
lantas diapun menangis panjang dan berkata;

”Wahai Malik, mimpi tersebut telah diperlihatkan kepadaku sejak empat puluh tahun lalu, setiap tahun ada seorang laki-laki zuhud sepertimu yang melihatnya, bahwa aku memang termasuk ahli neraka.

Aku berkata kepadanya,
“Dosa teramat besar apakah yang engkau lakukan kepada Allah?"

Dia menjawab:
“Ya, dosaku jauh lebih besar daripada langit, bumi,dan gunung-gunung.”

Aku berkata:
”Ceritakanlah kepadaku agar aku bisa memperingatkan manusia yang tidak mengetahuinya.”

Dia berkata:
“Wahai Malik, dulu aku seorang laki-laki pecandu minuman keras. Pada suatu hari aku minum minuman keras di rumah salah seorang temanku, hingga ketika aku telah mabuk dan hilang akal, akupun pulang ke rumah. Saat aku masuk rumah, ternyata ibuku tengah menyalakan tungku api yang baranya menyala nyala.

Ketika dia melihatku sempoyongan karena mabuk, dia pun mulai memberikan nasihat kepadaku, seraya berkata;

"Ini adalah hari terakhir dari bulan Syaban, dan malam pertama dari bulan Ramadhan. Besok di pagi hari manusia mulai berpuasa, dan kamu dalam keadaan mabuk?! Tidakkah kamu malu kepada Allah?!”

Maka kuangkat kedua tanganku kemudian aku pun mencampakannya.

Ibuku berkata; “Celaka kamu”.

Akupun marah karena ucapannya.
Masih dalam keadaan mabuk aku gusur dia, lalu kulemparkan ke dalam tungku api dan istriku saat itu melihatnya. Istriku kemudian membawaku dan memasukkanku ke dalam sebuah rumah seraya menutup pintu rapat-rapat.

Baru di akhir malam hilanglah mabukku, kemudian aku panggil istriku untuk membukakan pintu. Dan dia menjawab dengan kasar.

Aku berkata kepada istriku;
”Mengapa sikapmu kasar seperti ini, aku belum pernah mengetahui sikapmu seperti ini sebelumnya?”.

Istriku menjawab;
”Engkau berhak untuk tidak kuhormati”.

Aku berkata: ”Kenapa?”

Dia menjawab: ”Engkau telah membunuh ibumu, engkau telah melemparnya kedalam tungku api, dan sungguh dia telah terbakar.”

Maka saat aku mendengar hal ini,
aku tidak kuasa lagi menahan diri untuk mendobrak pintu dan keluar menuju tungku api. Ternyata ibuku sudah gosong didalamnya seperti roti yang terpanggang.

Maka segera kuletakkan tangan kananku di kusen pintu kemudian kuhentakkan daun pintu dengan tangan kiriku hingga tangan kananku putus, terpotong. Kemudian kulubangi tulang selangkanganku, lalu kumasukkan belenggu-belenggu ini ke dalamnya, dan kuikat kedua kakiku dengan kedua belenggu ini.

Ketika itu harta kekayaanku sebanyak delapan ribu dinar.
Kusedekahkan semuanya sebelum matahari terbenam, lalu aku memerdekakan 26 orang budak wanita, dan 23 orang budak laki-laki, dan aku waqafkan sawah ladangku di jalan Allah.

Dan sejak empat puluh tahun lalu aku berpuasa di siang hari, dan berdiri shalat dimalam hari. Akupun berhaji setiap tahun. Dan setiap tahun, selalu ada orang-orang alim sepertimu melihat mimpi seperti mimpimu, bahwa aku termasuk ahli neraka.”

Akupun mengusapkan kedua tanganku ke wajahku, dan kukatakan; 'Wahai orang yang malang, hampir-hampir saja engkau membakar bumi beserta orang yang ada di atasnya dengan apimu”.

Maka diapun mengangkat tangannya ke langit seraya berkata;
“Wahai dzat yang memberikan jalan keluar bagi kesempitan, wahai Dzat yang menyingkap kegundahan, Wahai Dzat yang menjawab doa-doa orang yang terjepit, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, berlindung dengan ampunan-Mu dari adzab-Mu, janganlah Engkau rnemutus harapanku, dan janganlah Engkau menyia-nyiakan do’aku.”

Akupun pulang ke rumahku, lalu tidur.
Kemudian aku bermimpi melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Wahai Malik, janganlah engkau membuat orang putus asa dari rahmat Allah, janganlah engkau membuat mereka putus asa dait ampunan-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperhatikan urusan Muhammad bin Harun dari tempat yang Maha Tinggi maka Dia telah mengabulkan do’a dan permintaan maaf atas kesalahannya. Maka pergilah di pagi hari dan katakan kepadanya: “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan makhluk-makhluk pertama dan makhluk-makhluk terakhir pada hari kiamat. Allah akan membela hewan-hewan yang dulu tidak punya tanduk atas hewan-hewan yang dulu punya tanduk. Jika dulu hewan yang bertanduk pernah menyakiti hewan yang tidak bertanduk dengan tanduknya, maka sesungguhnya Allah akan membela hewan tak bertanduk terhadap hewan yang bertanduk. Dan Allah akan mengumpulkan antara kamu wahil Muhammad bin Harun dengan ibumu, kemudian Allah akan menghukumi kamu untuk ibumu. Dan Dia akan memerintahkan kepada para malaikat untuk mengikatmu dengan belenggu yang berat menuju neraka. Maka jika engkau merasakan panas apinya selama tiga hari tiga malam dari hari-hari dunia, Allah akan melemparkan rahmat ke dalam hati ibumu, dan memberinya ilham untuk merninta anugerah pengampunan bagimu dari-Nya. Maka Diapun memberikan anugerah pengampunan kepadamu karenanya (ibumu), lalu kalian berdua masuk ke dalam sorga, karena (Dia telah berfirman):
‘Sesungguhnya Aku telah berjanji bahwa tidaklah seorang hamba dari hamba-hamba-Ku yang meminum-minuman yang memabukkan dan membunuh jiwa yang telah Kuharamkan kecuali akan Aku rasakan padanya panas api neraka.’

Di pagi harinya, aku berangkat menemuinya, lalu kukabarkan mimpiku kepadanya. Maka seakan-akan kehidupannya bagaikan tanah kering berkerikil yang disiram air, kemudian dia meninggal.

Aku (Malik bin Dinar) termasuk orang yang menshalatinya.

Catatan:
Kisah ini diambil dari kitab Birrul Walidain (lbnul Jauzi 1/7)

Ditulis Oleh: Mamduh Farhan Al-Buhairi di Qiblati Edisi 9/III (www.qiblati.com)

Ditulis ulang oleh bloger akhanggas.
Teks terjemahan Asli: http://enkripsi.wordpress.com/2010/10/26/betapa-lembut-rahmatmu-ya-allah/

Dan terakhir di sajikan ulang dengan penulisan yang berbeda sumberoleh NAI. Semoga bisa mengambil hikmahnya, saudara sadaraku. .

http://www.facebook.com/groups/pena.nai/permalink/336094973089821/