Kamis, 01 Juli 2010

Kesaksian Seorang Dokter – Mensucikan Hati melalui Kisah-Kisah Nyata


Dokter Jasim al-Haditsy seorang penasihat kesehatan jantung anak di ‘Amir Sulthan Center untuk Penyakit Jantung’ Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Riyadh, mengisahkan kepadaku, “Salah seorang rekanku yang bisa dipercaya bercerita kepadaku, bahwa suatu malam saat ia sedang bertugas di rumah sakit, ada seorang pasien yang meninggal dunia, maka ia segera memastikan akan kematian pasien tersebut, ia meletakkan stetoskop di atas dadanya hingga ia mendengarkan suara, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah’…

Ia berkata, “saya rasa adzan subuh. Kemudian saya bertanya kepada perawatnya, ‘Jam berapa sekarang?’ Ia menjawab, “Jam satu malam.”

Saya tahu bahwa saat ini belum tiba saatnya adzan subuh, kemudian saya kembali meletakkan stetoskop di atas dadanya dan saya kembali mendengarkan adzan tersebut selengkapnya.


Saya bertanya kepada keluarga orang ini, tentang keadaannya semasa hidup, mereka menjelaskan, ‘Ia bekerja sebagai muadzin pada sebuah masjid, biasanya ia datang ke masjid seperempat jam sebelum tiba waktunya atau kadang lebih awal lagi, ia selalu menghatamkan al-Qur’an dalam tiga hari dan sangat menjaga lisannya dari kesalahan.”

***

Tanggal lima belas bulan Ramadhan 1421 H., seorang jamaah shalat, pingsan di masjid saat ia mengumandangkan iqamah shalat Subuh, dengan segera tiga orang dari jamaah shalat membawanya ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh.

Orang itu sadar saat mereka masih dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, sekonyong-konyong ia berdzikir seakan-akan tidak pernah terjadi apapun.

Sesampainya di instalasi gawat darurat, ia disambut oleh seorang pemeriksa jantung yang menceritakan kisah ini kepadaku, “Kami menemukan adanya peradangan mematikan yang parah sekali pada sebagian besar jantungnya, kondisi itu membuat kami tercengang.

Saat saya berusaha membawanya ke ruang ICU, tiba-tiba saya mendengar suara tasbih dan tahlil, dan ia membisikkan ke telinga salah seorang rekanku lalu tersenyum sambil membaca, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah’ lalu jiwanya terbang menuju keharibaan Tuhan-nya.


Rekanku yang mendengar bisikan orang tersebut tiba-tiba menangis tersedu-sedu, aku kaget atas kejadian ini dan segera menanyakan keadaannya, ia berkata, “Orang ini telah membisikkan kepadaku, “Dokter! Usahlah anda menyibukkan diri, sungguh aku akan mati, aku telah melihat surga, insya Allah aku akan segera ke sana, aku melihatnya sekarang, sungguh aku melihatnya.”


Saat orang ini ditanya tentang riwayat hidup (sisi kehidupan) orang yang telah meninggal ini, ia berkata, “Ia sangat menjaga dua perkara:


Pertama, ia dan muadzin selalu saling dahulu-mendahului untuk datang ke masjid, kadang muadzin mendahuluinya dan lebih sering ia yang datang terlebih dahulu.

Kedua, ia tidak dikenal kecuali sebagai pribadi yang baik, Allah Ta’ala telah menjaganya dari perbuatan keji dan mungkar, ia tidak pernah berbohong atau menggunjing orang lain.

***

Allah telah mencukupinya dan Allah telah menjaminnya. Dan sungguh kita tidak bisa memberikan rekomendasi apapun untuk siapapun di hadapan Allah.

***

Saya telah melakukan operasi penambalan pembuluh darah terhadap seorang pasien yang berada di ruang Bagian Jantung.

Sehari sebelum ia diperbolehkan untuk pulang –karena menurut perhitungan kami saat itu ia telah sembuh- ia memanggil anak-anak dan istrinya, ia mengharapkan mereka segera hadir, sesaat setelah mereka semua hadir ia berkata, “Aku akan meninggal sebentar lagi, maka maafkanlah aku.”

Kemudian ia memanggil dokter dan para perawat yang merawatnya untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka, lalu ia berbaring di atas sisi kanannya seraya mengucapkan, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah’, ia telah menghadap Tuhan-nya.


Saya bertanya kepada anak-anaknya tentang riwayat hidup ayah mereka, mereka menjelaskan, “Ayah kami orang yang baik, kami tidak pernah melihatnya menggunjing, berbohong, berbuat keji, atau kemungkaran.”

***

Ketika masih duduk di bangku kuliah di Kairo Mesir, saya mengenal seseorang yang taat kepada Allah. Ia mengajarkan al-Qur’an, dan membimbing penghafal al-Qur’an di komplek tempat tinggalku. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah terlambat datang mengajar pada waktunya yaitu setelah shalat Subuh hingga terbit matahari.


Suatu hari ia mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang hadir setelah menutup pelajarannya, seakan-akan ia tidak akan mengajar kembali setelah hari itu. Hari itu juga, sebelum tiba saat Zhuhur kami mendapatkan berita tentang kematiannya pada jam sepuluh pagi.


Keesokan harinya kami mendapatkan kisah kematiannya berdasarkan cerita istrinya, “Sebagaimana biasa ia pulang ke rumah jam tujuh lebih tiga puluh menit, ia mengucapkan salam kepadaku, kemudian berkata, “Sesungguhnya saya akan mati pada jam sepuluh.” Sayapun mengiranya bercanda, lalu ia berkata, “Siapkanlah sarapan untukku.” Saya menyiapkan sarapan, lalu kami menyantapnya berdua.


Pada jam delapan tiga puluh menit ia masuk ke kamar mandi, ia mandi agak lama, kemudian ia keluar dan memakai wewangian sebagaimana yang ia lakukan ketika hendak berangkat untuk shalat Jum’at, lalu ia memakai pakaian yang paling bagus dan mulai membaca al-Qur’an.

Beberapa menit sebelum jam sepuluh ia berkata, “Saya akan mati pada jam sepuluh, maka maafkanlah aku, lupakanlah semua kesalahan dan kekhilafanku kepadamu.”


Saya sangat terkejut dan tidak bisa mengucapkan apapun, beberapa detik sebelum jam sepuluh, ia bersiap-siap untuk tidur lalu membaca, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah’, lalu ia menghadap Tuhan-nya.

***

Sekarang perkenankanlah saya menceritakan kepada anda tentang riwayat hidup orang ini, sungguh saya belum pernah melihatnya menggunjing orang lain, berbohong, menipu , berbicara kotor atau mungkar, sejak saya mengenalnya di komplek itu.


Ada sebuah pertanyaan yang perlu untuk dijawab, berapa banyakkah orang-orang yang shalatnya mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan dirikanlah shalat. Sesungghnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuata n) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)


Sayangnya, kadang kita masih temui orang-orang yang menggunjing orang lain padahal ia belum keluar dari masjid. Atau kadang ia menggunjing maupun berbohong padahal ia masih berada di pintu masjid setelah menunaikan shalat.

Atau pedagang yang menipu pembelinya padahal baru saja ia menunaikan shalatnya di masjid. Atau orang yang menzhalimi orang lain atau bermuamalah dengan riba padahal ia termasuk orang-orang yang biasa membaca takbiratul ihram –menunaikan shalat-.


Saudara-saudaraku! Sesungguhnya orang yang shalatnya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji, mungkar dan keburukan-keburukan lainnya berupa kemaksiatan dan dosa, maka hendaklah ia mengintrospeksi dirinya. Karena di situlah kekurangannya, mungkin ia belum bisa melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, atau ia tidak menunaikannya dengan khusyu’. Seandainya ia mampu merasakan keagungan shalat lalu mendirikannya sebagaimana mestinya, tentulah dengan izin Allah shalat itu akan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar.


Saudaraku yang mulia, sebelum coba-coba menggunjing, berbohong, menipu dan mengambil riba, ingatlah bahwa baru saja anda menunaikan shalat di masjid, semoga saja cara itu akan membatu anda untuk menahan diri, agar di hari kiamat nanti anda tidak termasuk orang-orang yang pailit.


Sungguh, semua ini terjadi atas kehendak Allah, Dia-lah yang menunjukkan kepada jalan kebenaran..

sumber:
http://www.facebook.com/HUBBANJAMMA?v=app_2347471856#!/notes/abdullah-rahimi/kesaksian-seorang-dokter-mensucikan-hati-melalui-kisah-kisah-nyata/399090506716

menantangazab


Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (QS. 8:32)

ORANG-ORANG Mesir sangat gandrung sama al-Quran. Kemanapun mereka pergi, mereka tidak lupa untuk membawa mushaf. Tidak heran bila hampir semua orang (apapun tugas, karir dan jabatannya) terlihat membaca Quran di sela-sela waktu senggang atau ba'da shalat. Begitu juga pemilik toko, penjaganya, para karyawan, satpam, sopir taksi, bos-bos kantoran, selalu terlihat membaca al-Quran. Kalau tidak dibaca, Al-Quran mereka letakkan dengan rapih di atas mejanya, atau ditenteng dan disimpan dalam tas jika bepergian.

Ayat al-Quran juga sering diperdengarkan dari rumah-rumah sederhana hingga hotel berbintang lima, dari warung-warung kecil hingga shopping center mewah, dari sarana transportasi butut hingga pesawat terbang.

Nyaris di semua tempat selalu ada yang membaca al-Quran. Begitupun di dalam taksi, mikrolet, bus kota, kereta api, tram kota, senantiasa para pemuda, bapak-bapk dan kaum hawa senantiasa khusyu membaca Quran sambil mengusir suara bising obrolan dan deru knalpot.

Secara umum, ayat-ayat al-Quran yang "distel" di dalam kendaraan sangat bempengaruhi "karakteristik" pendengarnya. Normalnya, para penumpang malu untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh.

Kendati begitu, tetap saja ada saja pemandangan yang di luar dugaan. Misalnya, gara-gara ada copet akhirnya copot seluruh isi dompet. Atau ada saja yang berbuat ricuh di dalam bus lantaran rebutan tempat duduk, tak setuju tarif, perempuan disenggol laki-laki nakal, dsb. Sementara pembaca al-Quran tetap anteng dan adem ayem.

Pemandangan lain (yang di luar dugaan) juga terjadi di musim panas tahun 2002, dalam perjalanan menuju Alexandria, kota pantai yang bersejarah itu. Ada seorang gadis yang berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan "terlihat" oleh semua penumpang (jangan lupa lho, gadis-gadis Mesir kebanyakan montok-montok atawa 'berisi'). Kebetulan Seorang syekh mencoba mengingatkan, tapi tidak digubris. Selengkapnya ditulis oleh kolumnis majalah Almannar (bukan Almannar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almannar itu, melainkan Almannar Aljadid/neo-Almannar) berikut ini:

***

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!"

Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang.
"Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.

Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.

Salah seorang mencoba mendekatinya, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada!

Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallaahu a'lam.
--------------------
sumber: http://www.facebook.com/HUBBANJAMMA?v=app_2347471856#!/notes/abdullah-rahimi/menantang-azab/359274986716